Kamis, 17 Juni 2010

TIP'S - TIP'S PINTAR MEMILIH BATIK


TIP'S - TIP'S PINTAR MEMILIH BATIK
OLEH : KHARISMA AYU
( Wartawan Magang )



Batik merupakan warisan budaya yang perlu untuk di lestarikan, bahkan dunia pun telah mengakui batik sebagai budaya milik Indonesia. Pada tanggal 2 Oktober 2009,oleh UNESCO (Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB). Namun sayangnya tak semua orang mengetahui jenis batik.

Saat kita jalan-jalan di pasar batik atau toko batik ,banyak diantara kita yang“ tidak tahu”, bahkan bingung dan mengalami kesulitan ketika akan membeli batik. Harga yang mahal tidak dapat dijadikan jaminan bahwa batik itu baik kualitasnya dan tergolong sebagai batik tulis. Bahkan kita kesulitan membedakan mana yang namanya batik tukis, batik cap, dan tekstil motif batik. Bisa jadi kita terkecoh waktu melihat motif batik yang “halus” , lalu kita kira itu adalah batik yang bagus, ternyata bukan !

Di Toko atau pasar batik memang dijual bermacam-macam kain batik. Harganya pun sangat bervariasi, dari yang cukup murah sampai yang sangat mahal. Untuk mengetahui dengan jelas, apakah sehelai kain batik itu termasuk jenis batik tulis atau yang lain, diperlukan kejelian dan ketelitian ekstra. Ada beberapa ciri dari tiap jenis batik. Berikut tips- tips untuk membedakan antara batik tulis, batik cap, dan batik tekstil =

Batik Tulis, coraknya terlihat halus dengan warna yang tidak begitu mencolok, dan berkarakter. Biasanya pembuatan batik tulis setiap gambar dan setiap motifnya tidak sama persis (asimetris). Ada bagian yang terlalu kecil dan ada bagian yang terlalu besar. “Cecek-cecek” dan “isinen” dalam tiap gambar juga tidak sama besar-kecilnya. Biasanya batik tulis memiliki aroma yang khas, karena kain batik ini “disoga” atau diwarnai dengan kulit-kulit kayu, seperti kayu tingi (untuk warna hitam, kayu teger (untuk warna kuning), kayu jambal(untuk warna coklat), daun Tom dan akarnya (untuk warna biru).

Batik Cap, apabila kita amati dengan teliti, ada motif yang bertubrukan, karakternya terlihat agak kaku. Batik Cap, antara ornamen yang satu dengan ornamen lainnya pasti sama, namun bentuk isen-isen tidak rapi, agak renggang dan agak kaku. Apabila isen-isen agak rapat maka akan terjadi mbeleber (goresan yang satu dan yang lainnya menyatu, sehingga kelihatan kasar). Bila kita lihat dari warnanya, kedua belah sisi kain adalah sama .Warna batik lebih mengkilap dan mencolok. Harga jual batik cap relatif lebih murah dibandingkan dengan batik tulis, dikarenakan biasanya jumlahnya banyak dan miliki kesamaan satu dan lainnya tidak unik, tidak istimewa dan kurang eksklusif.

Dan yang terakhir adalah Tekstil motif batik. Batik tekstil ini ornamen bisa sama, bisa tidak, karena tergantung desain batik yang akan ditiru, karena batik printing atau batik tekstil ini biasanya meniru batik yang sudah ada, namun yang perlu diketahui tentang warna. Warna batik printing kebanyakan tidak tembus karena proses pewarnaannya satu muka saja.
Selamat berbelanja dan jadilah pembeli batik yang cerdas !
Continue Reading...

Selasa, 27 April 2010

SUARA ANAK JALANAN


SUARA ANAK JALANAN

Terlihat tubuh mungil, dengan paras kusam, namun seolah tak ada beban yang terlintas dari sorot bola matanya, Dengan langkah kecil ia meminta-minta di sepanjang angkringan tugu Stasiun, Jemari kecilnya tak luput dari tanggan terbuka, dan tangan satunya lagi menggandengsodaranya yang umurnya terpauk tak cukup jauh.

Inul, seorang anak kecil yang masih duduk di bangku kelas 4 SD, dan juga Adul yang usianya masih 3 tahun, mereka berdua sudah 2tahun meminta-minta di sepanjang jalan angkringan tugu ini, Dengan polosnya ia melontarkan jawabab saat kami wawancarai.

Biasa Inul mulai menjalankan aksinya sebagai pengemis mulain jam 7malam hingga jam setengan 10 malam, Dari rumahnya yang terletak di belakang maliobooro ia dan adiknya berjalan kaki menuju tempat pangkalan, sebelum menjalankan aksinya Inul dann adiknya, Adul sering makan dahulu di angkringan pak Jos, dengan menu favoritnya cakar ayam bumbu kecap, yang ia beli hanya seharga 4ribu rupiah.

Meminta-minta di malam hari tak memadamkan niat inul untuk tetap bersekolah dan belajar, Inul seolah dapat membagi waktu dalam 24 jam nya,” pagi saya sekolah, lalu pulang sekolah saya mengerjakan PR dan belajar, lalu malamnya saya mengemis di sini “, teranggnya dengan logat anak kecilnya.

Inul mengaku tiap harinya ia mendapat 50ribu hingga 100ribu dari hasil meminta-mintanya, dan uang itu di berikan kepada ibunya yang hanya di rumah sebagai ibu rumah tangga, dan ia mengaku bahwa uang itu sebagian untuk biaya sekolah.

“Pernah saya bertemu dengan teman-teman saya pada saat meminta-minta seperti ini, dan sampai sekolah saya mendapatkan olok-olokan dari teman di sekolah, namun saya cuwek saja, karena kan saya dapet uang dari sini, ya saya senang aja menjalani ini semua”, tuturnya dengan senyum manis dibibirnya.

Hingga usia 4tahun, Inul tak tahu siapa ayah kandungnya, karena setiap ia bertanya kepada ibunya, Ibunya hanya menjawab bahwa ayahnya sudah meningggal, dan ia mempercayai dengan kepolosannya. Tak ada rasa takut setiap Inul bertemu dengan orang baru, bahkan adiknya pun Adul yang usianya masih 3 tahun terlihat sangat angresif dengan polah yang tak semestinya anak seusianya.

Keberadaan Inul dan Adul di sepanjang jalan untuk meminta-minta merupakan sebuah bukti nyata bahwa di sudut kota Jogja, terdapat eksploitasi orang tua kepada anaknya, dan ketika kami mencoba menyelusuri keberadaan rumah Inul yang terletak di sudut gang, dan bertemu dengan Ibu Inul,

Terlihat segar dan berisi dengan kulit sawo matang, Astri (39),Ibu Inul. Tak ada pengakuan yang terlontar dari Astri ketika kami menanyakan tentang ekploitasi anak, karena Astri melakukan ini semua untuk kehidupan anaknya juga agar mereka dapat bersekolah, karena bila Astri sendiri yang meminta-minta, maka hasilnya tidak begitu besar, “Orang akan lebih memberi uang kepada anak kecil yang meminta-minta, ketimbang kepada pengemis yang telah dewasa”, tuturnya dengan tegas.

Wanita asli wonosobo ini mengaku bahwa uang yang disetor anaknya, akan di gunakan untuk kebutuhan sehari-hari, bahkan ia menjelaskan bahwa tidak hanya dirinya saja yang menyuruh anaknnya untuk mengemis, namun ada 4 orang tua di kampungnya yang menyuruh anak nya untuk meminta-minta. Sehingga Astri melakukan ini semua dengan senang saja, tuturnya dengan ketawa.

Astri merantau ke Jogjakarta sejak ia usia 6 tahun, pada saat itu ayah dan ibunya bercerai, lalu ia di bawa ibunya ke Jogjakarta untuk menjadi pengemis, namun saat ia beranjak dewasa, rasanya sulit untuk mendapat belas kasihan dari orang-orang, lalu ia menjadi buruh serabutan, dan saat ini ia telah mendapat dua anak, sehingga tidak aneh baginya jika anaknya sekarang di ajarkan untuk menjadi pengemis.

“Mengemis, saya jalani dengan senang”, tuturnya dengan nada pasrah, ia mmenjelaskan bahwa mencari pekerjaan saat ini amat sulit, apalagi Astri hanya lulusan SD kelas 5, sehingga tak mudah baginya untuk di terima pekerjaan dengan gaji yang mencukupi. Ia berharap agar pemerintah lebih memperhatikan nasip rakyat miskin seperti dirinya, karena bagaimana pun juga Astri menaruh harapan yang amat besar kepada kedua belah buah hatinya agar kelak nasip kedua anaknya tidak sesusah dirinya, sehingga Astri bertekat untuk dapat mensekolahkan anaknya hingga tamatan SMA.
Continue Reading...

MENGUBAH LOYANG, MENJADI EMAS


MENGUBAH LOYANG, MENJADI EMAS

Rumah Singgah Diponegoro yang terletak di Jl Utara No: 6b Pugeran Maguwo Depok, sleman Yogyakarta ini telah berdiri sejak tahun 1999, dan hingga saat ini tetap menfokuskan pada pendampingan untuk kebutuhan pendidikan bagi anak, pendampingan psikologi, dan konsep keluarga bagi anak dampingan.
Fauzan Satyanegara, sebagai ketua Yayasan Rumah Singgah dan Belajar Diponegoro (RSBD) menjelaskan bahwa, melakukan pendampingan bagi anak yang melakukan aktifitas ekonomi di jalanana. Dalam perjalanannya RSBD meyakini bahwa kehangatan didalam keluarga dapat mencegah anak untuk hidup dijalan dimana aktifitas ekonomi merupakan salah satu cara untuk mempertahankan hidup dijalanan. Dengan kesadaran tersebut upaya yang dilakukan pertama kali adalah membangun hubungan yang manis dan hangat di rumah, sehingga anak merasakan sebuah aura positive ketika berada dirumah.
Dengan kesadaran bahwa manusia membutuhkan kehangatan yang bersumber dari keluarga dalam upayanya RSBD mencoba untuk membentuk iklim keluarga dirumah, dengan cara membuat "hari keluarga" yang mana hari tersebuat adalah hari dimana seluruh anggota rumah berkumpul untuk melakukan makan siang bersama, bercerita bersama, bersenda gurau bersama, serta saling bertukar pengalaman yang dilalui selama satu minggu terakhir. Dengan harapan, anak yang dengan tingkat mobilisasinya yang tinggi sehingga kecendrungan untuk tinggal setiap hari dirumah agak rendah selalu ingat bahwa ada satu hari dalam satu minggu adalah hari dimana (dengan sadar dan butuh) mereka harus berkumpul dengan keluarga yang ada di rumah. Sehingga RSBD dapat melakukan monitoring terhadap perkembangan anak.
Seiring dengan kebutuhan yang kemudian bermuculan, kebutuhan akan pendidikan pun menjadi sasaran lanjutan. Setelah terbangun hubung yang hangat antara anak dan pendamping (positive rapport) kegiatan belajar pun mulai dirintis yang disesuaikan dengan kebutuhan anak. Mulai dari kebutuhan untuk membaca dan menulis serta berhitung. Yang kemudian proyeksi pengembangannya adalah pembelajaran dengan konsep "manusia pembelajar" dimana materi pendidikan formal pun dapat terintegrasikan kepada anak sehingga anak memiliki kompetensi yang sama dengan anak yang duduk dibangku formal. dimana dengan keterbatasannya anak secara serta merta fungsi sosial dan masyarakatnya pun turut mereduksi namun tetap sama sebagaimana anak pada umumnya. Oleh karena itu kebutuhan akan pendampingan bidang pendidikan pun dinilai sebagai sebuah orientasi dalam pendampingan. Dimana anak dengan jiwa "pembelajar"nya melakukan persiapan dan perjuangan menuju kemandirian dimasa mereka memasuki usia produktif. Dengan kata lain anak diproyeksikan untuk mencapai kemandirian ketika memasuki usia produktif.
Fausan kembali menjelaskan, bahwa Rumah Singgah Diponegoro terseting hanya khusus bagi laki-laki dengan usia 10-20 tahun. Rumang singggah Diponegoro tidak pernah memaksa anak-anak jalanan untuk masuk menjadi bagian rumah singgah, sehingga mereka kebanyakan datang karena di ajak teman, atau mungkin kesadaran pribadi dari diri mereka, bahwa mereka membutuhkan tempat untuk berlindung, sebagaimana sebuah keluarga.
Terkadang masyarakat memandang sebelah mata keberadaan rumah singgah, hingga harus berpindah dari tahun—ketahun, namun hal ini tidak menyurutkan niat Fauzan untuk tetap mempertahankan Rumah Singgah, Fauzan biasa mengatasi masalah tersenut dengan dilakukan pendekatan kepada tiap individu dalam masyarakat untuk di berikan pengarahan, bahwa anak jalanan juga manusia yang butuh tempat tinggal dan mereka ingin di akui sebagai bagian dari masyarakat. “Bila kami diberi kesempatan, sebenarnya kami akan merubah”, Motto Fauzan yang ia lontarkan, dalam arti apabila masyarakat memberi kesempatan kepada keberadaan rumah singgah, maka kami akan mengubah anak-anak jalanan ini menjadi anak bangsa yang dapat mewujudkan mimpi-mimpinya sebagai penerus bangsa.
Disisi lain, memang tidak mudah mengubah karakter anak jalanan, semuanya membutuhkan proses dalam memdidik moral dan akhlak merekka, perlu ada pendekatan secara personal untuk untuk mengetahui bakat dan cita-cita mereka, sehingga di rumah singgah ini ada guru BK, yang mana bertugas dalam memberikan pendidikkan sosial kepada anak jalanan.
Kami menggunakan teori SD, yang mana dalam mendidik anak yang ada di rumah singgah ini kami kelompokan menjadi, 1 tahun pertama adalah pendidikan pribadi, agar anak-anak jalanan memiliki disiplin, dan paling tidak dapat bertanggung jawab terhadap dirinya, lalu 3 tahun kedua adalah pengembangan potensi dalam diri mereka, dan 3tahun ketiga adalah menjadikan anak jalanan sebagai pribadi yang dewasa, sehingga mereka harus dapat memilih jalan hidupnya sendiri, apakah ingin menjadi baik, atau justru tetap menjadi anak jalanan.
Continue Reading...

Senin, 12 April 2010

Anak Jalanan ... Untuk Bertahan Hidup



Anak Jalanan ... Untuk Bertahan Hidup




Anak jalanan adalah sebuah istilah umum yang mengacu pada anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan, namun masih memiliki hubungan dengan keluarganya. Kehadiran anak jalanan tidak bisa dilepaskan dari keberadaan kota-kota besar. Anak jalanan merupakan fenomena kota besar di mana saja. Semakin cepat perkembangan sebuah kota semakin cepat pula peningkatan jumlah anak jalanan.

Menurut hasil laporan pemetaan dan survei yang dilakukan kantor departemen sosial Yogyakarta 1999, terdapat sekitar 1300 anak jalanan yang tersebar disejumlah wilayah kantung. Definsi anak di sini adalah mereka yang berumur dibawah 18 tahun. Jenis pekerjaan yang dilakukan pun bervariasi, seperti pengamen, penyemir sepatu, pemulung, kernet, pencuci kaca mobil, pekerja seks, pengemis, dan sebagainya. Tetapi semuanya adalah pekerjaan informal dengan upah ala kadarnya, bergantung kepada si pemberi/pemakai jasa. Survei menunjukkan bahwa hampir 70% anak jalanan melakukan pekerjaan sebagai pengamen.

Berbagai upaya yang ditujukan bagi perlindungan dan pemajuan Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia merupakan hal yang sangat penting sehingga memerlukan perhatian dari seluruh elemen bangsa. Dalam Garis Garis Besar Haluan Negara 1999 -2004 ditetapkan, bahwa salah satu misi dari pembangunan nasional adalah menempatkan HAM dan supremasi hukum sebagai suatu bidang pembangunan yang mendapatkan perhatian khusus. Untuk maksud itu diperlukan perwujudan sistem hukum nasional yang menjamin tegaknya supremasi hukum dan HAM yang berlandaskan keadilan dan kebenaran.


Menurut Pasal 8 UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM, perlindungan, pemajuan, penegakan dan pemenuhan Hak Asasi Manusia merupakan tanggung jawab pemerintah disamping juga masyarakat. Pemerintah telah mengeluarkan berbagai peraturan perundang-undangan, seperti konvensi hak anak, tetapi belum didukung dengan komitmen bersama yang kuat untuk menerapkan instrumen-instrumen tersebut. Berdasarkan keadaan tersebut, maka perlu dikembangkan suatu mekanisme pelaksanaan hukum yang efektif untuk melindungi hak-hak warga masyarakat, terutama hak-hak kelompok rentan.

Pengertian Kelompok Rentan tidak dirumuskan secara eksplisit dalam peraturan
perundang-undangan, seperti tercantum dalam Pasal 5 ayat (3) Undang-Undang No.39 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa setiap orang yang termasuk kelompok masyarakat yang rentan berhak memperoleh perlakuan dan perlindungan lebih berkenaan dengan kekhususannya. Dalam Penjelasan pasal tersebut disebutkan bahwa yang dimaksud dengan kelompok masyarakat yang rentan, antara lain, adalah orang lanjut usia, anak-anak ,fakir miskin, wanita hamil dan penyandang cacat.
Kenyataan menunjukan bahwa Indonesia memiliki banyak peraturan perundang undangan yang mengatur tentang Kelompok Rentan, dan UU yang menyangkut Hak Anak, tetapi tingkat implementasinya sangat beragam. Sebagian undang-undang sangat lemah pelaksanaannya, sehingga keberadaannya tidak memberi manfaat bagi masyarakat. Disamping itu, terdapat peraturan perundang-undangan yang belum sepenuhnya mengakomodasi berbagai hal yang berhubungan dengan kebutuhan bagi perlindungan kelompok rentan. Keberadaan masyarakat kelompok rentan, termasuk anak jalanan yang merupakan mayoritas di negeri ini memerlukan tindakan aktif untuk melindungi hak-hak dan kepentingan-kepentingan mereka melalui penegakan hukum dan tindakan legislasi lainnya.

Hak asasi orang-orang yang diposisikan sebagai masyarakat kelompok rentan belum terpenuhi secara maksimal, sehingga membawa konsekuensi bagi kehidupan diri dan keluarganya, serta secara tidak langsung juga mempunyai dampak bagi masyarakat. Selama ini kebijakan pemerintah lebih banyak berorientasi kepada pemenuhan dan perlindungan Hak-Hak Sipil Politik dan Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, dilain pihak hak-hak yang terdapat didalam komunitas masyarakat rentan ( anak jalanan ) belum mendapatkan prioritas dari kebijakan tersebut. Sedangkan permasalahan yang mendasar di dalam komunitas masyarakat rentan adalah belum terwujudnya penegakan perlindungan hukum yang menyangkut hak-hak anak, kelompok perempuan rentan, penyandang cacat dan kelompok minoritas dalam perspektif HAM.

Penanganan terhadap anak-anak jalanan ini harus bersifat terpadu, tidak hanya melibatkan anak itu sendiri, tapi juga keluarga (kalau masih ada), dan masyarakat (termasuk lembaga pemerintah dan negara). Sangatlah sulit memberdayakan anak-anak itu untuk kembali ke masyarkat karena mereka telah terbiasa hidup dengan norma-norma mereka sendiri, yang kadang kala tidak sesuai atau bahkan bertabrakan dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat. Akan lebih sulit lagi apabila mereka sama sekali sudah terlepas dari orang tua atau keluarga.

Mereka perlu diberdayakan untuk bisa melaksanakan fungsinya kembali sebagai
pelindung anak. Pemberdayaan juga perlu dilakukan terhadap masyarakat untuk bersedia membuka mata dan hati menerima anak-anak itu sebagai bagian dari masyarakat itu sendiri. Banyak masyarakat yang bersikap sewenang-wenang terhadap anak - anak jalanan ini.

Mereka menganggap anak-anak itu sebagai sumber gangguan dan kegaduhan, yang perlu disingkirkan jauh-jauh dari mereka. Semakin banyaknya jumlah anak jalanan juga menunjukkan bukan hanya kegagalan keluarga dan masyarakat tapi juga negara dalam hal ini. Bukankah Indonesia adalah negara peserta yang telah meratifikasi konvensi hak anak PBB2 yang dalam salah satu pasalnya menyebutkan :
“Negara wajib menjamin dan memberikan perlindungan, dan perawatan terhadap kesejahteraan anak?”

“ Bukankah anak-anak tersebut merupakan anak-anak bangsa ini juga?”

“ Anak jalanan merupakan generasi muda penerus bangsa.. dimana tanggung jawab Negara ??”
Continue Reading...

Senin, 16 November 2009

CANTIK DAN MERIAH, KIMOCHI FEST ' 09


CANTIK DAN MERIAH, KIMOCHI FEST ' 09
The Real Urban Japan Festival



Jogja(15/11). Untuk yang ketiga kalinya Bertempat di Gd Agape dan Koinonia UKDW. “Kimochi Fest'09” di adakan. Cantik, kesan pertama ketika memasuki festival tersebut. Antusias dari masyarakat Jogja, terutama para anak muda, menambah kemeriahan acara.

Ari (21) ketua panitian Kimochi Fest'09 mengatakan bahwa, Kimochi Fest'09 merupakan sebuah festifal perbaduan berbagai kebudayaan urban yang berkembang dari, oleh, dan untuk anak muda di Yogyakatya, manifestasi dari golongan penghuni terbaru di dunia, generasi muda. Sebagai motor dan meditor yang telah berpengalaman selama tiga tahun menghadirkan dan terus mengembangkan festival urban yang lebih bermanfaat bagi para pelaku industri krestif dan ribuan pengunjung yang menikmati event ini, luar biasa.

“Menyemarakan Dies Natalis UKDW ke-47, memberikan media positif ekpsresif bagi anak-anak muda di Indonesia, dan juga sebagai salah satu hiburan unik yang bertajuk kebudayaan urban bagi masyarakat umum, merupakan tiga tujuan penting acara ini ”, tutur Ari, yang kini tercatat sebagai mahasiswa semester 7, teknik Informatika UKDW.

Ari (21) menjelaskan progam acara utama ada 4,yang pertama adalah Fashion Competition, yang mana perkembangan fashion tak pernah lekang oleh waktu,oleh karena itu Fashion Action merupakan ajang yang tepat untuk mempertandingkan kreatifitas anak muda dalam tata busana yang berkiblat pada tren fashion jepang masa kini,seperti Shibuya, Gothic, Lolita, Maid, dll. Ajang ini tidak sekedar melombakan, tetapi juga membuka kesempatan bagi peserta yang kreatif dengan aliran fashion manapun.

Cosplay Connection, berasal dari kata costume dan play, segmen ini merupakan program acara yang paling di tunggu-tunggu oleh pengunjung. Cospaly Connection merupakan kompetisi cosplay yang menggunakan konsep SHOW. SHARE. SHINE. Sehingga dalam setiap penampilannya, peserta di tuntut untuk mampu mempertontonkan aksi cosplay, di saksikan oleh pecinta cosplay dan menjadi yang terbaik. Kombinasi ketiga elemen penting ini adalah kunci utama sebuah kompatisi cosplay yang prestidius.

Dance Competition, program ini merupakan sebuah kompetisi solo, duo, atau group. Dengan melombakan dancer dari berbagai disiplin aliran dance mulai dari street, jazz. Dan yang terakhir adalah Band Competition, bukan sekedar band yang bakal menjadi legenda atau icon komunitas jepangan. Proses seleksi dilakukan dengan konsep live audition, sehingga sangat memungkinkan penonton mengetahui benar-benar musisi mana yang terbai sejak awal.Ada delapan band untuk membuktikan yang terbaik.

“ Jangan katakan anak muda kreatif dan inovatif, bila belum datang ke Kimochi Fest !!“. (By : Kharisma )
Continue Reading...

Minggu, 25 Oktober 2009

MAHASISWA JOGJA DEMO, TOLAK DEKLARASI SBY-BUDIONO

MAHASISWA JOGJA DEMO, TOLAK DEKLARASI SBY-BUDIONO

Oleh: Kharisma Ayu ( 153 070 115)





Unjuk rasa SBY-Budiono terjadi di depan benteng Jogjakarta (20/10). Organisasi Serikat Mahasiswa Indonesia (OSMI) berunjuk rasa karena mereka merasa bahwa SBY tidak dapat menyelesaikan tugasnya saat menjabat tahun lalu.Demo ini terjadi pukul sembilan pagi sampai duabelas siang, yang diikuti 30 mahasiswa dari seluruh universitas di Jogjakarta. “Presiden SBY belum dapat membawa rakyat ini sejahtera, namun justru mengeluarkan kebijakan yang memberatkan masyarakat, seperti dibentuknya UU penanaman modal”,tutur Nando (23) Mahasiswa Hukum UMY.Pendapat lain di sampaikan oleh Mahasiswa FISIP WidyaMataram, “Siapapun presidennya tidak masalah, asalkan dapat mensejahterakan rakyat”,Nandi (25). OSMI akan terus mengawal kebijakan dan kinerja SBY-Budiono, sebagai penyeimbang dari sistem politik yang ikut mengontrol dan penekan.



Continue Reading...

Kamis, 22 Oktober 2009

UNTUK KESEKIAN KALI JEC GELAR PAMERAN KOMPUTER


UNTUK KESEKIAN KALI JEC GELAR PAMERAN KOMPUTER

Oleh : Kharisma Ayu ( 153 070 115 )


Yogyakarta (20/10), JEC untuk kesekian kali menggelar pameran komputer yang diadakan mulai tanggal 17-21 Oktober. Pameran ini diikuti 60 AKOPINDO (Asosiasi Pengusaha Komputer Indonesia).
Pameran JEC memamerkan produk terbaru dari teknologi Komputer, mulai dari prin sampai laptop terbaru. Pameran yang dibuka dari pukul 09.00-21.00, tiap harinya ada 26000 pengunjung dari berbagai daerah.
“Pameran JEC diadakan tiap lima bulan sekali agar masyarakat Jogja tahu akan produk baru dan tidak gaptek”, tutur Ari (20) panitian pameran komputer JEC.
Continue Reading...
 

Blogroll

Site Info

Text

The Journal Magz Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template