SUARA ANAK JALANAN
Terlihat tubuh mungil, dengan paras kusam, namun seolah tak ada beban yang terlintas dari sorot bola matanya, Dengan langkah kecil ia meminta-minta di sepanjang angkringan tugu Stasiun, Jemari kecilnya tak luput dari tanggan terbuka, dan tangan satunya lagi menggandengsodaranya yang umurnya terpauk tak cukup jauh.
Inul, seorang anak kecil yang masih duduk di bangku kelas 4 SD, dan juga Adul yang usianya masih 3 tahun, mereka berdua sudah 2tahun meminta-minta di sepanjang jalan angkringan tugu ini, Dengan polosnya ia melontarkan jawabab saat kami wawancarai.
Biasa Inul mulai menjalankan aksinya sebagai pengemis mulain jam 7malam hingga jam setengan 10 malam, Dari rumahnya yang terletak di belakang maliobooro ia dan adiknya berjalan kaki menuju tempat pangkalan, sebelum menjalankan aksinya Inul dann adiknya, Adul sering makan dahulu di angkringan pak Jos, dengan menu favoritnya cakar ayam bumbu kecap, yang ia beli hanya seharga 4ribu rupiah.
Meminta-minta di malam hari tak memadamkan niat inul untuk tetap bersekolah dan belajar, Inul seolah dapat membagi waktu dalam 24 jam nya,” pagi saya sekolah, lalu pulang sekolah saya mengerjakan PR dan belajar, lalu malamnya saya mengemis di sini “, teranggnya dengan logat anak kecilnya.
Inul mengaku tiap harinya ia mendapat 50ribu hingga 100ribu dari hasil meminta-mintanya, dan uang itu di berikan kepada ibunya yang hanya di rumah sebagai ibu rumah tangga, dan ia mengaku bahwa uang itu sebagian untuk biaya sekolah.
“Pernah saya bertemu dengan teman-teman saya pada saat meminta-minta seperti ini, dan sampai sekolah saya mendapatkan olok-olokan dari teman di sekolah, namun saya cuwek saja, karena kan saya dapet uang dari sini, ya saya senang aja menjalani ini semua”, tuturnya dengan senyum manis dibibirnya.
Hingga usia 4tahun, Inul tak tahu siapa ayah kandungnya, karena setiap ia bertanya kepada ibunya, Ibunya hanya menjawab bahwa ayahnya sudah meningggal, dan ia mempercayai dengan kepolosannya. Tak ada rasa takut setiap Inul bertemu dengan orang baru, bahkan adiknya pun Adul yang usianya masih 3 tahun terlihat sangat angresif dengan polah yang tak semestinya anak seusianya.
Keberadaan Inul dan Adul di sepanjang jalan untuk meminta-minta merupakan sebuah bukti nyata bahwa di sudut kota Jogja, terdapat eksploitasi orang tua kepada anaknya, dan ketika kami mencoba menyelusuri keberadaan rumah Inul yang terletak di sudut gang, dan bertemu dengan Ibu Inul,
Terlihat segar dan berisi dengan kulit sawo matang, Astri (39),Ibu Inul. Tak ada pengakuan yang terlontar dari Astri ketika kami menanyakan tentang ekploitasi anak, karena Astri melakukan ini semua untuk kehidupan anaknya juga agar mereka dapat bersekolah, karena bila Astri sendiri yang meminta-minta, maka hasilnya tidak begitu besar, “Orang akan lebih memberi uang kepada anak kecil yang meminta-minta, ketimbang kepada pengemis yang telah dewasa”, tuturnya dengan tegas.
Wanita asli wonosobo ini mengaku bahwa uang yang disetor anaknya, akan di gunakan untuk kebutuhan sehari-hari, bahkan ia menjelaskan bahwa tidak hanya dirinya saja yang menyuruh anaknnya untuk mengemis, namun ada 4 orang tua di kampungnya yang menyuruh anak nya untuk meminta-minta. Sehingga Astri melakukan ini semua dengan senang saja, tuturnya dengan ketawa.
Astri merantau ke Jogjakarta sejak ia usia 6 tahun, pada saat itu ayah dan ibunya bercerai, lalu ia di bawa ibunya ke Jogjakarta untuk menjadi pengemis, namun saat ia beranjak dewasa, rasanya sulit untuk mendapat belas kasihan dari orang-orang, lalu ia menjadi buruh serabutan, dan saat ini ia telah mendapat dua anak, sehingga tidak aneh baginya jika anaknya sekarang di ajarkan untuk menjadi pengemis.
“Mengemis, saya jalani dengan senang”, tuturnya dengan nada pasrah, ia mmenjelaskan bahwa mencari pekerjaan saat ini amat sulit, apalagi Astri hanya lulusan SD kelas 5, sehingga tak mudah baginya untuk di terima pekerjaan dengan gaji yang mencukupi. Ia berharap agar pemerintah lebih memperhatikan nasip rakyat miskin seperti dirinya, karena bagaimana pun juga Astri menaruh harapan yang amat besar kepada kedua belah buah hatinya agar kelak nasip kedua anaknya tidak sesusah dirinya, sehingga Astri bertekat untuk dapat mensekolahkan anaknya hingga tamatan SMA.